Kamis, 01 Mei 2008

Indah Pada Waktunya

Di suatu kota, tinggallah seorang anak bernama Nadia. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya. Nadia seorang anak berumur 9 tahun. Nadia anak yang pintar.
Suatu saat, ayahnya mengajak Nadia dan ibunya Nadia untuk bicara. “Nadia, bos dikantor ayah mengatakan kantor ayah akan dipindahkan kesuatu tempat diluar kota ini” kata ayah Nadia. “Berarti ayah selalu bolak-balik dari kantor kerumah? Apa ayah tidak capek?” jawab Nadia. “Ayah tidak akan capek, karena yang pindah bukan hanya kantor ayah saja, tapi kita semua juga akan pindah” kata ayahnya. Muka Nadia tanpak sedih dan matanya mulai berkaca-kaca. Tanpa bicara Nadia langsung lari ke kamar sambil menangis.
Akhirnya hari untuk pindahpun datang. Sebelum berangkat Nadia minta untuk kesekolah. Sesampainya disekolah, ia mengucapkan selamat tinggal dan sampai jumpa, kepada teman-temannya.
Setelah itu mereka berangkat. Dalam perjalanan ayahnya Nadia melihat orang yang menjual bunga yang sangat indah. Ayah Nadia menghentikan mobilnya dan turun untuk membeli bunga kesukaan Nadia. Setelah dibeli bunga itu langsung diberikan kepada Nadia, tapi Nadia menolaknya. Ya apa boleh buat, Nadiakan sedang sedih.
Perjalanan mereka lanjutkan. Dengan waktu sekitar empat jam mereka sampai di tempat tujuan. Kota itu begitu indah dan udaranya belum terkena polusi, Nadia yang tadinya sedih tiba-tiba tersenyum melihat keindahan kota itu.
Keesokan harinya, ayah dan ibu Nadia, mengajak Nadia melihat sekolah yang akan menjadi sekolah Nadia. Sekolah itu begitu indah. Nadia pasti senang sekolah disana. Tapi ternyata saat Nadia mulai bersekolah, Nadia sangat terkejut melihat anak-anak disana tubuhnya pendek-pendek dan yang pasti Nadia jadi anak yang paling tinggi dikelasnya. Nadia merasa sangat minder pada teman-temannya.
Disekolah Nadia selalu diejek-ejek oleh teman-temannya. Kata teman-temannya Nadia itu kayak tiang listriklah, si manusia bambulah. Tidak ada satu orangpun yang mau berteman dengan Nadia, kecuali gurunya.
Suatu saat di hari ulang tahun Nadia, ia meminta untuk semua teman-temannya datang kerumah Nadia. Tapi, benar-benar malang nasib Nadia. Tidak ada satu orangpun yang datang di rumah Nadia. Nadia sangat sedih dan kecewa. Tapi di hari itu Nadia berdoa, supaya Nadia bisa punya banyak teman dikota itu, seperti di kota asal Nadia.
Keesokan harinya, Nadia tidak sengaja melihat iklan yang mencari orang-orng berbakat dalam bidang lukis. Nadia sangat mahir dalam hal melukis. Nadia pernah mengikuti lomba lukis internasional, dan ia meraih juara 2. nadia bergegas pergi membeli majalah yang ada formulir lomba itu.
Setelah membeli formulir itu, Nadia langsung melukis. Ia melukis kota asal Nadia, lukisannya begitu indah. Keesokan harinya, Nadia membawa hasil lukisannya ketempat pendaftaran. Kalau Nadia bisa lolos dan masuk final nama dan lukisannya akan dipampang ditelevisi. Nadia begitu gugup, Nadia sangat ingin masuk final. Dan sebentar lagi hasilnya akan diumumkan. Dan ternyata, nama Nadia masuk sebagai finalis. Nadia sangat senang mendengar kabar itu.
Dan akhirnya hari final lomba melukis itupun datang. Nadia melukis sangat tenang. Ia melukis Nadia sedang bermain dengan teman-temannya disekolah, tak sengaja ia meneteskan air mata. Nadia sangat ingin bisa melakukan hal yang ada didalam lukisannya itu. Setelah selesai melukis ia langsung mengumpulkan hasil lukisannya. Dan ia pulang. Pengumuman disiarkan diTV. Nadia tidak sabar. Dan akhirnya hasil pemenang lomba diumumkan JUARA HARAPAN III, bukan Nadia, JUARA HARAPAN II, juga bukan Nadia, sampai juara 3 pun bukan Nadia. Akhirnya pengumuman juara I dan II diumumkan. JUARA II masih bukan Nadia. Nadia mulai putus asa, dan JUARA I, ternyata Nadia. Begitu senangnya Nadia mendengar hal itu. Foto, lukisan, dan video waktu Nadia melukis juga ada.
Keesokan harinya. “Tapi, walaupun aku juara satu lomba lukis tetep aja aku gak bisa main sama temen-temenku disekolah” pikir Nadia. Tapi ternyata Nadia salah, teman-temannya sekarang udah gak pernah ngejek-ngejek Nadia lagi, dan bahkan Nadia sekarang sudah bisa main sama teman-temannya.
Dan Nadia mulai berfikir, “Ternyata semua akan jadi, Indah Pada Waktunya .”

Tidak ada komentar: